Kisah Perjalanan Sepatu FANS menuju Open Source
Artikel ini merupakan pengalaman perusahaan sepatu FANS migrasi ke Linux, semoga dapat membantu persiapan perusahaan yang berencana untuk migrasi ke Linux.
Perjalanan FANS menuju Open Source berkaitan dengan bertumbuhnya perusahaan sepatu FANS. Sepatu FANS lahir tahun 2001. Awalnya merupakan perusahaan trading. Pada mulanya,Sepatu FANS diproduksi di pabrik CMT yang mengerjakan sepatu-sepatu ekspor. Waktu itu jumlah PC cuma ada 2 (dua) dan menggunakan Microsoft Windows 98 SE. Tidak jelas apakah waktu itu pake lisensi resmi atau tidak 🙁
Tahun 2006, penulis bergabung di perusahaan FANS. Waktu itu, perusahaan FANS sedang merintis pabrik sendiri. Dengan 2 PC, rasanya sangat sulit untuk mengelola pabrik dan trading, akhirnya diputuskan untuk menambah 1 PC lagi, dan mengupgrade PC yang lama. PC lama diupgrade menggunakan AMD Athlon XP 1800+, dan Pentium III, PC yang baru Pentium IV (masih dipakai sampai sekarang). Selain mengupgrade hardware, Sistem Operasi di update menjadi Microsoft Windows XP. Sekali lagi, tidak jelas apakah vendor komputer memberikan lisensi resmi atau tidak 🙁
Tahun 2007, perusahaan sepatu FANS semakin berkembang dan memutuskan untuk membeli gedung pabrik sendiri (dulunya sewa). Tak lama berpindah, PC (Pentium III) bermasalah kena virus, untung data-data masih bisa diselamatkan, Dari sinilah mulai ada kekuatiran akan kerugian kehilangan data. Penulis, waktu itu membuat Dual Boot Windows XP dan MEPIS Linux. Dengan harapan pengguna mulai belajar menggunakan Linux (waktu itu aplikasi office masih OpenOffice). Cara seperti ini sia-sia karena akhrnya user tidak pernah memakai Linux.
Tahun 2008, Sepatu FANS menambah satu desknote merek ECS dengan AMD Duron yg sudah diinstall Windows XP SP2. Penulis mendapatkan laptop merek Axioo dengan spesifikasi Intel Centrino.
Tahun 2012, perusahaan sepatu FANS melakukan restrukturisasi manajemen dengan bantuan coaching dari ICOACH. Dengan perbaikan manajemen ini, diputuskan untuk menambah komputer untuk mempermudah kerja administrasi. Kita membeli 4 laptop Axioo dan 1 laptop Forsa versi DOS, dan 2 buah PC Pentium Dual Core untuk RnD dan tim kreatif Marketing. Kita mulai perlahan migrasi ke Linux, kelima laptop ini langsung di install Linux Mint 13 XFCE. Akan tetapi 2 PC untuk RnD dan Marketing menggunakan Microsoft Windows 7 Ultimate (yang ini jelas bajakan) karena RnD dan tim Kreatif Marketing membutuhkan Adobe Photoshop dan Corel Draw yang tidak bisa jalan di Linux.
Ditengah perjalanan migrasi Linux, terjadi bermacam masalah dari tidak terbiasanya user menggunakan aplikasi di Linux sampai masalah ngeprint dan lain-lain. Kami sudah bisa menyelesaikan 90% masalah yang ada, penulis akan menulis solusi2x yang telah dibuat untuk membantu yang lain migrasi. Saat itu 5 laptop pake Linux, 2 laptop dan 5 desktop menggunakan Microsoft Windows (5 Linux, 7 Windows). PC Windows juga punya masalah, malahan lebih parah terutama yang menggunakan Windows XP, setiap minggu salah satu PC ada aja yang kena virus, dan install ulang menjadi rutinitas tiap bulan. Saat ini penggunaan Flashdisk menjadi sangat sering dan disinilah virus berpindah-pindah. Tidak terbayang data yang hilang akibat virus. Secara garis besar, masalah-masalah di Linux masih jauh lebih ringan dibanding yang menggunakan Microsoft Windows. Tapi cukup dimaklumi, Smadav dan AV lain memang bagus tapi virus2x juga semakin hebat.
Tahun pertengahan tahun 2012, Divisi Akuntasi meminta suatu sistem akuntasi yang teringrasi (mereka sudah tidak sanggup untuk menggunakan Spreadsheet Calc untuk membuat pembukuan perusahaan yang sudah semakin kompleks). Waktu itu kita sempat menggunakan GnuCash untuk mencatat pembukuan akuntasi, tapi GnuCash sangat minim fitur dan hanya cocok untuk perusahaan kecil atau untuk akuntasi personal. Hanya dalam 6 bulan sudah ditinggalkan. Pencarian aplikasi akuntansi yang cocok terus dilakukan. Kita pernah juga mengundang vendor-vendor ERP seperti OpenERP, Compiere,dll Tapi tidak cocok karena biaya implementasinya terlalu besar untuk skala perusahaan sepatu FANS. Sebenarnya FANS membutuhkan aplikasi sekelas Accurate atau Zahir, tapi sayang tidak bisa jalan di Linux pada saat itu. Syukurnya, penulis mengingat salah satu vendor aplikasi di Indocomtech 2009, satu2x pengembang aplikasi akuntansi Indonesia yang platform independen dan database independen( PT. Sarana Sukses Teknologi Informasi). Retailsoft Platinum adalah berlian ditengah intan. Penulis mengenal baik pak Agus dan pak Albert sebagai pengembang Retailsoft. Waktu tahun 2009, Pak Agus pernah mendemo program Retailsoft di laptopnya dengan Vector Linux. Tanpa pikir panjang, penulis menghubungi pak Albert dan menceritakan kebutuhan2x custom Retailsoft buat FANS. November 2013, Retailsoft berhasil dimplementasiakan pada perusahaan sepatu FANS. Namanya memang Retailsoft tapi ini jauh dari hanya sekedar aplikasi untuk perusahaan retail.
Tahun 2013, kita melakukan persiapan untuk implementasi Retailsoft. Tahun inilah kita melakukan migrasi besar2xan ke Linux. Diputuskan untuk keamanan dan dan produktivitas perusahaan,sistem operasi Linux lebih reliable dibanting sistem operasi Microsoft Windows. Data terakhir sebagai perbandingan, rata-rata akumulasi downtime mesin windows 4 hari per bulan akibat virus dll, sedang Linux tidak pernah down)
2 laptop dan 3 desktop lama diinstall Linux. Laptop ECS yang pake AMD Duron memakai Linux Lite karena terlalu lambat pake Linux Mint. Laptop Axioo Centrino harus beli USB WLAN adapter karena soft button WLANnya tidak jalan (cuma Rp.60,000 dibanding harus beli lisensi Windows OS yang hampir satu jutaan). Desktop Pentium III dan AMD Athlon XP 1800+,diupgrade pake Amptron G41 Xeon (waktu itu murah cuma Rp 500,000 an) dan Desktop Pentium 4 semua jalan di Linux Mint 13. 1 Desktop Pentium Dual Core Marketing diinstall Linux Mint 15. Dan untuk server Retailsoft pake AMD FX 8320 Octa Core jalan Ubuntu64 12.04. Nah sekarang, 1 server, 7 laptop, 4 desktop jalan di Linux. Hanya tinggal 1 PC punya RnD yg masih Windows. (13 Linux vs 1 Windows)
Tinggal bagian RnD yg belum. RnD butuh menggunakan software yang bisa menggambar vector graphics. Usernya hanya bisa menggunakan Corel Draw dan Photoshop. Aplikasi Linux yang setara adalah Inkscape. User disuruh belajar Inkscape selama beberapa minggu dengan dikasih buku panduan Inkscape cetakan Dian Rakyat. User kesulitan karena isi dari buku terlalu dangkal dan tidak bisa digunakan untuk pekerjaan. Bagian HRD disuruh nyari orang yang bisa Inkscape di wilayah Tangerang. Boro-boro nyari yang bisa Inkscape, nyari orang yang bisa Linux di Tangerang aja seperti nyari jarum di dalam lautan. Bagian HRD angkat tangan, kita nyaris nyerah. Kita kalkulasi biaya untuk PC RnD (Beli lisensi Windows 7 Professional Rp 1,500,000, beli Corel Draw X6 Rp 5,000,000,- ,beli Adobe Photoshop CS5 Rp 8,000,000,-) Total Biaya untuk satu PC RnD Rp 14,500,000,- Ato pilihan lain pake bajakan yang hanya Rp 100,000 Pihak manajemen komit tidak mau melanggar hak cipta dan tidak mau melakukan tindakan ilegal, jadi tidak diperbolehkan. 🙂
Penulis berbrowsing ria mencari orang yang jago Inkscape, hingga akhirnya bertemu sang penyelamat (Master Sokibi) lewat situsnya Istana Media Go Open Source. Tanggal 17 Februari 2014, penulis mengkontek langsung Sang Master untuk pelatihan Inkscape. Tanggal 3-4 Maret, Master Sokibi mengadakan pelatihan Inkscape di pabrik FANS.
Sebelum pelatihan, penulis sudah diskusi kebutuhan RnD sepatu FANS, dan Master Sokibi menyiapkan buku karangan sang master Inkscape khusus untuk pabrik FANS (156 Halaman dari 600 hal versi original sang Master).
Waktu pelatihan, sang Master dengan bangganya mengajar Inkscape dengan menggunakan Laptop Intel Atom (core solonya) yang berjalan Linux BlankOn. Waktu malam tanggal 3, penulis dan sang Master berdiskusi mengenai pengalaman migrasinya ke Linux. Dan dari sini, terbentuk satu kesepakatan untuk bersama-sama mengembangkan Linux Indonesia. Sebagai, kepala tim dokumentasi, Master Sokibi menghubungi Master Ahmad Haris, kepala tim hubungan masyarakat. Tanggal 17 Maret 2014, penulis memulai diskusi dengan Master Ahmad Haris hingga terbentuknya Panduan BlankOn Linux ini. Thanks kepada dua Master ini dan master-master lain atas terjadinya proyek ini.
RnD sudah menggunakan Inkscape untuk mendesain
Perusahaan FANS menyadari betapa susahnya mencari SDM yang menguasai Linux. (maaf, orang Indonesia lebih suka menggunakan sofware bajakan daripada software Linux yang bebas, makanya Linux di Indonesia sulit berkembang). Buku Linux aja kurang laku, silahkan cari buku Linux di Gramedia sekarang ini. Kesulitan terbesar adalah mencari panduan penggunaan aplikasi Linux. Untuk menyelesaikan masalah ini, Tim Dokumentasi Blankon bekerjasama dengan sepatu FANS membuat situs panduan aplikasi Linux, dan mengadakan Sayembara tulis. Sebenarnya, di dunia maya banyak orang Indonesia yang menulis tentang Linux, tapi sayangnya buatnya di blog masing-masing dan tidak pernah diupdate, dan lama kelamaan hilang. Salah satu tujuan dibuatnya panduan online ini adalah untuk menghindari masalah tersebut, jadi dari effort individu menjadi effort bersama. Kami dari sepatu FANS berharap lebih banyak orang lagi yang mau bergabung dan berkontribusi artikel demi kemajuan Linux Indonesia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia, ayolah migrasi ke Linux dan semoga bisa menjadi sponsor kegiatan ini. Ayo kita tuntaskan pembajakan software, negara kita bukan negara pembajak.
*ps. Sekarang, Di perusahaan sepatu FANS sudah ada 2 tambahan laptop yang menggunakan BlankOn Linux 9.0, salah satunya adalah laptop penulis yang digunakan untuk menulis artikel ini. Sekedar informasi tentang gender pengguna Linux di sepatu FANS, 9 perempuan dan 4 pria.
Demikian.
Ceritanya keren dan inspiratif
mantap pak. terima kasih atas sumbangsihnya ke blankon
Berita seperti ini layak di share sehingga menjadi inspirasi perusahaan sejenis untuk menggunakan Linux sebagai Sistem Operasi utama mereka 🙂
Thanks para Master!
Masih banyak yang bisa dikembangkan dengan Linux. Semoga pengguna dan pengembang Linux di Indonesia semakin banyak! 🙂
wah mantap nih, perusahaan sepatu sudah bisa implementasi foss
Keren…! Go open source! ^^
wow … ngebaca artikel ini serasa dihembus angin badai cetar membahana ulala 🙂
sy jg py pengalaman panjang di perusahaan media nasional bermigrasi ke LINUX. Sy “nyerah” dengan 2 keadaan, 1. Yg py idealime tdk pakai bajakan bagian TI nya saja, adapaun manajemen puncak tidak ambil pusing, mau linux mau win. 2. Nyerah ngelawan pemakaian sofware2 desain, user (krn tidak ada good will dari pimpinan puncak), mereka gk mau pakai gimp, inscape, scribus. mereka sudah terlena nyaman dengan produk adobe yg hebat2 itu.
Jangan nyerah pak! Hanya butuh waktu dan ketekunan. Kita juga ngakk langsung sukses kok. Memang meyakinkan manajemen puncak tidak gampang, tapi nanti kalo sudah banyak cerita sukses migrasi dari perusahaan2x Indonesia, ntar juga pindah 🙂 Kita juga yang terberat waktu itu juga untuk desain gambar (user kita dulu pake Corel Draw). Tapi untung ada Pak IMGOS yg bersedia mentraining kita Inkscape. Dan sekarang pake Inkscape fine2x aja, malah desain kita jadi lebih keren2x.:)
Menarik sekali hehe
saya bacanya sambil naham napas…
alhadulillah bisa kelar migrasi. semoga makin banyak yang meninggalkan produk bajakan
sangat inspiratif tulisannya, ditulis 7 tahun lalu tapi masih keren hingga saat ini… adakah yang kenal snag penulis dimaksud?
Membanggakan 🙂
Klo sekarang pake Ubuntu atau apa pak untuk OS nya?